ACTUATING
Makalah
ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Dasar-Dasar Ilmu Manajemen
Dosen
Pengampu : Usfiyatul Marfu’ah
Disusun
oleh :
Arfiyanto ( 1601036090)
Bella
Sekar Herawati (1601036095)
Dina
Fitri Amalia (1601036108)
Muhammad
Sofyan (1601036112)
Ulya Anisa Unasecha (1601036119)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
A. Latar Belakang
Perkembangan
yang modern ini, kebutuhan ekonomi sangat penting sekali bagi masyarakat, untuk
itu, kita perlu meningkatkan kualitas kita akan tidak terbawa dengan arus
globalisasi yang buming saat ini. Dalam makalah ini akan membahas actuating.
Actuating berhubungan erat dengansumber daya manusia yang pada akhirnya
merupakan pusat sekitar apa aktivitas-aktivitas manajemen berputar.
Menggerakan, menimbulkan tantangan dan daya pikat yang luar biasa. Nilai-nilai,
sikap, harapan, kebutuhan ambisi pemuasan seseorang dan interaksinya dengan
orang-orang lain dan dengan lingkungan fisik yang kesemuanya bertautan dengan
proses “menggerakkan”. Banyak pihak berpendapat bahwa menggerakkan merupakan
fungsi manajemen yang paling fundamental oleh karena dimiliknya sifat vital dan
menyebar maka menggerakkan menunjang dan juga merupakan fungsi manajemen bagian
dari pada setiap tindakan manajerial yang dijalankan. Ia terdapat pada setiap
tingkat, lokasi dan pengerjaan didalam sesuatu perusahaan. Guna mencapai dan
mempertahankan sukses dalam bidang manajemen maka keahlian serta keterampilan
dalam bidang menggerakkan merupakan hal yang mutlak perlu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Actuating ?
2. Bagaimana fungsi danTujuanActuating ?
3. Apa saja prinsip-prinsip Actuating ?
4. Bagaimana cara pelaksanaan Actuating ?
5. Apa saja factor pendukung dan penghambat dalamActuating ?
6. Bagaimana elemen-elemen dalam Actuating ?
7. Apa sajapremis-premis dalam Actuating ?
8. Bagaimana tahapan Actuating ?
C. Pengertian Actuating
Actuating merupakan usaha untuk menggerakkan
anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan yang bersangkutan dan
sasaran-sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota
itu ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.[1]
Menurut
George R. Terry, Actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota
kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha mencapai sasaran
perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena itu
anggota itu juga ingin mencapai sasaran tersebut. Jadi actuating adalah
usaha menggerakkan seluruh anggota yang terkait, untuk secara bersama-sama
melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara
terbenar dan terbaik.
Sesudah
rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun personaliannya, langkah
berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk bergerak menuju tujuan yang telah
ditentukan. Fungsi pengarahan (leading), secara sederhana adalah untuk
membuat atau untuk mendapatkan para karyawan untuk melakukan apa yang
diinginkan, dan harus mereka lakukan. Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya, dan
kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi,
motivasi, dan disiplin. Fungsi leading sering sering disebut dengan
berbagai macam nama, antara lain leading, directing, motivating, actuating,
dll. Bila fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak meyangkut
aspek-aspek abstrak proses manajemen, kegiatan pengarahan langsung menyangkut
orang-orang dalam organisasi.[2]
Adanya actuating
dikarnakan dalam fungsi manajemen yang ketiga ini memang diakui bahwa
usaha-usaha perencenaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetap tidak akan
ada output konkrit yang dihasilkan sampai kita mengimplementasi
aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi. Actuating
juga merupakan jantungnya sebuah perusahaan karena setelah perencanaan dan
pengorganisasian harus ada pelaksanaan atau pengarahan supaya tercapainya
sebuah tujuan dan cita-cita perusahaan tersebut. Karena itu diperlukan tindakan
Actuating atau usaha untuk menimbulkan action.[3]
Jadi dapat
disimpulkan bahwa actuating (pelaksanaan) artinya menggerakkan
orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif sesuai
dengan perencanaan yang ada.
D. Fungsi dan Tujuan Actuating
Fungsi
ketiga manajemen fungsional adalah pelaksanaan atau penggerakkan, yang
dilakukan setelah sebuah organisasi memiliki perencanaan dan melakukan
pengorganisasian dengan memiliki struktur organisasi termasuk tersedianya
personil sebagai pelaksana sesuai kebutuhan unit/satuan kerja yang dibentuk.
Diantara kegiatannya adalah melakukan pengarahan (commanding), bimbingan
(directing), dan komunikasi (communication) termasuk koordinasi
yang telah dijelaskan didalam fungsi pengorganisasian.
Fungsi
pelaksanaan menurut Nawawi, lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang yang dalam organisasi. Pelaksanaan dan
pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan
seluruh potensi sumber daya manusia dan non manusia pada pelaksanaan tugas.
Semua sumber daya manusia harus dioptimalkan untuk mencapai visi misi dan
program kerja organisasi. SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi, peran,
keahlian, dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi, dan
program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
Fungsi dan
pelaksanaan (actuating) menurut
James stoner1993 adalah sebagai berikut:
1. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian
motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan
2. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
3. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
4. Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak
dalam organisasi serta proses memotivasi agar semuapihak tersebut dapat
menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang
tinggi.
Fungsi aktuasi haruslah dimulai dari diri
seorang manajer selaku pemimpin organisasi. Manajer yang ingin berhasil
menggerakkan karyawannya pasti dia akan bekerja lebih produktif. Seorang
manajer harus mampun bersikap objektif dalam menghadapi sebuah persoalan
organisasi melalui pengamatan. Objektif dalam menghadapi perbedaan dan persamaan
setiap individu maupun kelompok manusia. Manajer harus mempunyai tekad untuk
mencapai kemajuan, peka terhadap lingkungan, dan adanya kerja sama dengan orang
lain secara harmonis.
Dengan kata lain manajer harus peka
terhadap kodrat manusia, yaitu mempunyai kelemahan dan kekurangan dan tidak
akan mampu bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain.
Tujuan pelaksanaan(actuating)
1. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
3. Rasa solidaritas dan menyukai pekerjaan
4. Mengusahakan Susana lingkungangan kerja yang harmonis,meningkatkan
motivasi, dan prestasi kerja staf
5. Organisasi berkembang secara dinamis
Jadi yang
berperan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah pemimpin. Karena dalam hal ini
pemimpinlah yang selalu mengusahakan dan
yang mengarahakn aktivitas kelompok untuk mencapai sasaran bersama.[4]
E. Prinsip Pelaksanaan(Actuating)
Pelaksanaan merupakan aspek hubungan antar
manusiawi dalam kepemimpinan dimana seorang bawahan harus mengerti dan
mengerahkan tenaganya dalam berorganisasi. Fungsi pengarahan /pelaksanaan ini
bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia juga membahs
menganai tingkah laku manusia itu sendiri. Manusia dengan tingkah laku yang
berbeda-beda memiliki pandangan, pola fikir, serta pola bidup yang berbeda
pula. Oleh karena itu pengarahan yang dilakukan oleh pemimpin harus berpegang
beberapa prinsip yaitu: Prinsip mengarah pada tujuanpokok dari pengarahan
Nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan,
akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan. Pengarahan
ini tidak dapat berdiri sendiri, artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan
perlumendapatkan dukungsn/bantuan dari faktor-faktor lain seperti perencanaan,
pengorganisasian, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan
kemampuan untuk meningakatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.
1. Prinsip keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi
kebutuhannya yang mungkin tidak dapat sama dengan tujuan perusahaan. Mereka
berprinsip seperti itu dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu
besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis
dengan kepentingan perusahaan. Semua ini dipengaruhi oleh motivasi
masing-masing individu. Karena motivasilah yang kan mendorong serta memnuhi
kebutuhannya dengan wajar. Sedangkan kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka
bekerja dengan baik dan saat itulah mereka mengarahkan tenaganya dan
kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Prinsip Kesatuan Komando
Prinsip kesatuan komando ini sangat penting
untuk menyatukan arah tujuan dan tanggung jawab para bawahan. Apabila bawahan
hanya memeiliki satu jalur dalam melaporkan segala kegiatannya, dan hanya
ditujukan pada satu pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian
instruksi dapat dikurangi. Serta semakin besar tanggung jawab untuk memperoleh
hasil maksimal.
Menurut Kurniawan (2009) prinsip-prinsip
dalam penggerakkan (Actuating) antra lain:
a. Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya
b. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia
c. Menghargai hasil yang baik dan sempurna
d. Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup
e. Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya
F. Cara Pelaksanaan (Actuating)
Cara pelaksanaan ini digunakan karena pada
umumnya pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar
mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin dan diharapkan tidak meyimpang
dari prinsip-prisip actuating.
Adapun cara-cara pelaksanaan yang dilakukan
diantaranya :
a. Orientasi
Merupakan cara pengarahan dengan memberikan
informasi yang perlu supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Biasanya
orientasi ini diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk memberikan
pengenalan dan memberikan solusi atas masalah yang di hadapinya.
b. Perintah merupakan permintaan dari pemimpin kepada bawahan untuk
mmelakukan atu mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu.
Perintah itu berasal dar atasan kepada bawahan, perintah tidak bisa ditujukan
kepada yang sejajar.
c. Perintah formal dan non formal
Perintah
formal Merupakan perintah yang diberikan kepada bawahan sesuai dengan tugas
yang telah ditetapkan dalam organisasi. Sedangkan perintah non formal lebih
banyak mengandung saran atau atau dapat pula berupa ajakan.
d. Delegasi Wewenang
Wewenang dapat diperbandingkan dengan
sistem syaraf dalam tubuh manusia. Tanpa otak dan syaraf, tubuh manusia tidak
dapat berfungsi. Tanpa suatu sistem wewenang, suatu organisasi juga tidak dapat
berfungsi. Pendegelasian wewenang bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan
pemberian perintah. Dalam pendegelasian wewenang ini, pemimpin melimpahkan
sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahan. Wewenang (authority)
adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan
sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Sebagai contoh, seorang meneger suatu
organisasi mempunyai hak untuk memberi perintah dan tugas, serta menilai
pelaksanaan kerja karyawan dibawahnya. Wewenang ini merupakan hasil delegasi
atau pelimpahan wewenang dari posisi atasan kebawahan dalam organisasi.[5]
Setelah perencanaan dan pengorganisasian
selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yang perlu ditempuh dalam managemen
adalah mewujudkan rencana tersebut dengan mempergunakan organisasi yang
terbentuk. Langkah tersebut adalah actuating. Secara praktis fungsi actuating
ini usaha untuk menciptakan iklim kerja sama antara staf pelaksana program
sehingga organisasi dapat terlaksana secara fektif da efesien.
E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksana (Actuating)
Faktor-faktor yang diperlukan dalam penggerakan
diantaranya:
Faktor pendukung
1. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah suatu proses yang
dilakukan manager perusahaan untuk mengarahkan (directing) dan
memengaruhi (influencing) para bawahannya dalam kegiatan yang
berhubungan dengan tugas agar para bawahannya mau mengerahkan seluruh
kemampuaanya baik secara pribadi maupun sebagai anggota suatu tim, untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.[6]
Sifat kemimpinan menurut Harold Koontz, diantaranya
sebagai beriut:
a. Mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang menyeliruh.
b. Kelancaran dalam berbicara.
c. Matang dalam berfikir dan emosi.
d. Memiliki dorongan yang kuat untuk memimpin.
e. Memahami dan menghayati kepentingan kerja Sama.
f. Memiliki kecerdasan orang-orang yang dipimpin.
2. Sikap dan moril (attitude and morale).
Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berfikir,
berperasaan, dan bertindak. Oleh karena itu sikap manager akan berbeda-beda
sesuai dengan pola hidupnya. Beberapa sikap manager diantanya yaitu:
3. Sikap feudel (feudel attitude)
Manager yang mempunyai sikap cara berfikir,
berperasaan, dan bertidak sesuai dengan pola-pola kehidupan peodalisme, yaitu
suka terikat oleh aturan-aturan tertentu yang telah terbiasa dan selalu ingin
mendapat penghormatan yang serba lebih.
4. Sikap kediktatoran (dictatorial attitude)
Manager yang bersikap kediktataran akan
befikir, berperasaan, dan bertindak sebagai dictator yang mempunyai
kekuasaan yang mutlak sehingga bawahan, akan menjadi menjadi sasaran daripada
kekuasaannnya.
a. Tata Hubungan dan Kekuasaan (Commutication)
Komunikasi sebagai pertukaran
lambang-lambang baik verbal maupun nonverbal yang dilakukan antara komunikator
(pengirim pesan) denagn receiver (penerima pesan) sangat mempengaruhi
kualitas kepemimpinan seorang pemimpin.[7]
Dalam melakukan komunikasi dalam managemen ada
beberapa macam komunikasi
diantaranya:
b. Komunikasi intern
Yaitu komunikasi yang dilakukan dalam
organisasi itu sendiri baik antara atasan dengan atasan atau bawahan dengan
bawahan atau antara atasan dan bawahan atau sebaliknya.
c. Komunikasi eksternal
Yaitu komunikasi
yang dilakukan sebuah organisasi.
d. Komunikasi horizontal
Komunikasi yang dilakukan baik intern maupun instern antar jabatan yang
sama.
e. Komunikasi vertikal
Yaitu komunikasi yang dilakukan dalam intern organisasi antara atasan
dan bawahan atau sebaliknya dalam suasana formil.
f. Perangsang (Icentive)
Incentif adalah sesuatu yang mnyebabkan atau
menimbulkan seseorang bertindak.
g. Supervise (Supervision)
Menurut Terry supervise adalah kegiatan
pengurusan dalam tingkatan organisasi dimna anggota manajemen dan bukan anggota
mabnajemen saling berhubungan secara langsung. Dengan demikian tugas supervisor
cukup berat karena ia harus dapat menemukan kesalahan-kesalahan dan
memperbaikinya, serta memberi petunjuk untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dcan
memberikan nasehat-nasehat kepada pegawai yang mengalami kesulitan.
h. Disiplin (Discipline)
Disiplin adalah latihan pikiran,perasaan, kehendak, dan watak untuk
melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur. Jenis disiplin ada dua
diantaranya :
1)
Self improsed discipline (Disiplin yang timbul dengan sendirinya)
2)
Command discipline (Disiplin berdasarkan perintah)
Hal-hal yang perlu diperhatikan manajer dalam fungsi
penggerakan.
1. Manajere harus bekerja lebih produktif
2. Manajer perlu memahami ilmu psikologi, komunikasi, kepemimpinan dan
sosiologi.
3. Manajer harus mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap
lingkungan.
4. Manajer harus bersikap obyektif
Faktor
Penghambat
Kegagalan manajer dalam menumbuhkan motivasi stafnya,hal ini terjadi karena
manajer kurang memahami hakikat perilaku dan hubungan manusia. Konsep perilaku
yang dikemukakan oleh Maslow, dinjegara berkembang yang menjadi prioritas
adalah kebutuhan fisik, rasa aman, dan diterima oleh lingkungan. Sedangkan
dinegara maju kebutuhan yang menonjol adalah aktualisasi diri.
F. Elemen dari pelaksanaan (actuating)
Berikut ini merupakan beberapa elemen pelaksanaan/penggerakkan dalam
manajemen:
1. Coordinating adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang
manajer agar terdapat suatu komunikasi atau kesesuaian dari berbagai
kepentingan dan perbedaan kepentingan sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai. Koordinasi adalah suatu proses mempersatukan atau mensinkronkan semua
usaha manajemen.[8]
2. Motivating merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan,
dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subjek yang penting
bagi manajer, karena menurut definisi, manajer harus bekerja melalui orang
lain. Manajer perlu memahami orang-orang yang berperilaku tertentu agar dapat
mempengaruhinya untuk bekerja sesuai tujuan sebuah organisasi. Motivasi juga
subjek membingungkan, karena motif tidak dapat diamati atau diukur secara
langsung tetapi harus disimpulkan dari perilaku yang tampak.[9]
3. Communication merupakan salah satu diantara pembantu terpenting
dalam aktivitas-aktivitas manajerial. Tanpa komunikasi fakta-fakta, ide-ide,dan
pengalaman mungkin tidak dapat saling berbagi antara satu orang dengan yang
lain. Komunikasi antar pemimpin dengan karyawan sangatlah diperlukan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu
kelancaran organisasi yang bersangkutan dalam usaha mencapai
sasaran-sasarannya.[10]Komunikasi
juga dapat membantu pelaksanaan
manajerial secara efktif, dilaksanakannya pengorganisasian manajerial secara
efektif, dan actuating manajerial serta pengawasan manajerial diterapkan secara
efektif.[11]
4. Commanding merupakan pengarahan seorang pemimpin kepada
bawahannya yang mana dalam memberi perintahpun seorang atasan tak dapat
seenaknya, tetapi harus memperhitungkan langkah-langkah dan resiko dari setiap
keputusan dan langkah-langkah serta resiko yang akan memberikan pengaruh bagi
perusahaan. Dengan pengarahan yang baik dari para atasan dan visi misi yang
jelas dari suatu manajer perusahaan dapat menimbulkan efek positif untuk
perusahaan itu sendiri.
G.
Premis-Premis Dalam Actuating
Ada sebuah premis dalam actuating yang sangat penting yakni
pandangan fundamental para top manager terhadap sumber-sumber daya
manusia. Ada sebuah pernyataan popular dan efektif yang mnunjukkan
pandangan-pandangan yang berlawanan, dalam bentuk teori X dan Y.
Ciri-ciri pokok teori X adalah:
1. Kebanyakan pekerja yang bekerja pada sesuatu perusahaan yang bekerja
sedikit mungkin dan mereka umumnya menentang perubahan-perubahan pada pokoknya
si pekerja hanya akan melaksanakan apa yang harus dilaksanakan, pekerja tidak
disukai hingga demikian kesulitan-kesulitan lazim timbul dalam usaha mencapai
tujuan-tujuannya.
2. Kebanyakan pekerja harus dibujuk atau dipersuasi, diberikan penghargaan,
dihukum, dan diawasi untuk mengubah.
3. Manusia “rata-rata” suka dipimpin , cenderung menghindari tanggung
jawab, relativetidak banyak memiliki ambisi, dan yang sangat diutamakan oleh
mereka adalah kepastian.
Pada ekstrem kedua, manajer teori Y dianggap menggunakan asumsi bahwa:
a. Usaha fisik dan mental bidang pekerjaan bersifat sama wajarnya
sepertinya halnya bermain ataupun beristirahat.
b. Pengawasan ekstrem dan ancaman yang dikenakan hukuman bukanlah salah
satunya untuk mengarahkan usaha kearah pencapaian sasaran-sasarannya.
c. Komitmen terhadap sasaran-sasaran merupakan satu fungsi daripada balas
jasa yang berkaitan dengan pencapaiannya.
d. Manusia “rata-rata” dalam kondisi-kondisi yang tepat bukan saja belajar
untuk menerima tapi pula mencari tanggung jawab
e. Kapasitas untuk melaksanakan imajinasi, ingenuitas, serta kreatifitas
dalam rangka pemecahan problem-problem organisatoris tersebar secara luas padda
manusia.
f. Dalam kehidupan industry modernpotensi intelektual manusia hanya
dimanfaatkan secara partil.
Teori Y merupakan sebuah model keorganisasian yang dilandasi oleh
tekanan atas antar hubungan manusia dalam manajemen, model teori tipe Y
bersifat dinamik dan memungkinkan pertumbuhan dan pengembangan manusia.[12]
H.
Tahapan Pelaksanaan (Actuating)
Tahapan-tahapan
actuating dapat dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu :
1. Memberikan semangat, motivasi, inspirasi, atau dorongan sehingga timbul
kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan penuh semangatsesuai
dengan harapan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Memberikan kesempatan pengembangan diri melalui pemberian pendidikan
dan pelatihan. Serta pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi antara
pimpinan dan staf, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompok dan
memperbaiki sikap pengetahuan maupun keterampilan staf.
3. Pengarahan (Directing atau Commanding)
yang dilakukan dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas, dan
tegas. Segala saran-saran atau instruksi kepada staf dalam pelaksanaan tugas
harus diberikan dengan jelas agar terlaksana dengan baik dan terarah kepada
tujuan yang telah ditetapkan.
4. Berkomunikasi secara efekektif. Komunikasi yang efektif tidak hanya
memerlukan transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan
menerimanya sngat tergantung pada keterampilan-keterampilan tertentu (membaca,
menulis, mendengar, berbicara, dll) untuk suksesnya sebuah komunikasi.[13]
I. Kesimpulan
Actuating penting dalam manajemen dan berbeda dengan ketiga
fungsi lainnya karena dalam actuating berisi tentang hal-hal yang
menyangkut dengan proses dari sebuah manjemen, juga mengatur tentang hubungan
kerja antar orang.
Actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara
bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing
dengan cara yang terbaik dan benar. Fungsi dan peranan actuating yakni, pertama
melakukan pengarahan (commanding), bimbingan (directing), dan komunikasi(
communication). Kedua upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi
kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian. Pengaplikasian
actuating dalam perusahaan adalah pengarahan dan pemotivasian seluruh prsonil
ada setiap kegiatan perusahaan untuk selalu dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya.
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung denga orang-orang dan organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian
yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakkan seluruh potensi
sumber daya manusia dan non manusia pada pelaksanaan tugas.
J. Saran
Sebaiknya perusahaan dapat menjalankan fungsi actuating dengan
baik supaya dapat tercapai visi dan misi dari perusahaan tersebut. Selain
dengan fungsi perencanaan, organizing dan controlling.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko. HaniManajemen. Yogyakart:
BPFE-Yogyakarta. 2015.
Solihin. Ismail Pengantar Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2014.
Winardi. Asas-asas Manajemen. Bandung: Penerbit Alumni. 1979.
Winardi. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Kencana. 2004.
Winardi. Dasar-Dasar Ilmu
Mnanajemen. Bandung: Penerbit Alumni. 1979.
Yuki, Gari. Kepemimpinan Dalam
Organisasi. Jakarta Barat: PT Indeks. 2015.
[1]Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung:
Penerbit Alumni, 1979), hlm. 297.
[3]Ibid.,
hal.25.
[5] op.cit., Hani
Handoko, hlm.210.
[6]Ismail Solihin, Pengantar Bisnis, (Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2014), hlm.149.
[10]Winardi,
Dasar-Dasar Ilmu Mnanajemen, (Bandung: Penerbit Alumni, 1979), hlm.113.
[12]Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi,
(Jakarta : Kencana, 2004), hlm.146-147.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar